Webnovel

Share

Gadis Lukisan Sang CEO

Gadis Lukisan Sang CEO

Yun_W | Realistic Fiction

0

Tentang rasa cinta dan pengorbanan hanya perlu waktu Bukan cinta biasa. Harta dan tahta mungkin mampu membeli dunia. Namun tidak dengan cinta. Perlu perjuangan maupun pengorbanan mewujudkannya. Begitu juga Andi yang harus melalui likuan hidup untuk menghadirkannya. Memang tidak pernah cukup hanya dengan mengungkapkannya...

read now download

here story begins

Chapter 1: Part 1. Olivia

Hari menjelang petang. Langit akan menjadi gelap. Orang pekerja bergegas pulang untuk mengistirahatkan badan yang lelah bekerja seharian. Para ibu menenangkan anaknya, belum lagi menyiapkan makan bagi keluarganya. Anak-anak muda bersantai sesekali bercanda. Sedang ternak peliharaan pun riuh mencari tempat tidurnya lalu kemudian tak bersuara lagi.

Dan di sebuah kantor penerbitan

Sibuk sekali Olivia seharian. Menjelang petang memicunya untuk segera menyelesaikan tugasnya. Pas kerjaan menumpuk ketika petang itu. Sepertinya tidak sebanyak itu di waktu yang lain. Sama seperti di hari yang lain. Selama ia bekerja disini. Hari berganti tanpa berhenti membawa hal baru untuk dimengerti. Setidaknya hal tersebut yang membuat Olivia berusaha menikmati kesibukannya. Berhubungan dengan para klien kantor. Dan, oh! Akhir-akhir ini, Olivia mulai belajar meng-edit juga.

Di ruangan lain yang hanya tersekat kaca tebal, dilihatnya Andi sedang menggantungkan sebuah lukisan. Berbanding terbalik dengan keadaannya sekarang, Andi seolah sudah bebas dari tugas. Pantesan bisa melakukan hal lain di luar tugasnya. Entah kenapa, tidak ada yang komplain dengan apa yang dilakukan Andi dengan ruangannya. Padahal bukan hanya dia yang menempati ruangan tersebut. Ruangan khas kreator yang penuh tempelan. Ups! Kan, Andi juga merangkap jurnalis. Ck..ck..ck..

Sebentar!

Olivia ada perlu sama Andi mengenai artikel yang akan terbit. Olivia ingin memastikan bagian per bagian artikel yang akan dicetak atau dibuang. Segera saja Olivia mencari berkasnya sebelum Andi keluar dari ruangannya dan pergi entah kemana yang pasti bukan urusan Olivia. Duh?!

"Yah, lukisan lagi..!"

gumam Olivia menyatakan suka atau apa yang ia lihat sebagai kebiasaan. Olivia hanya sekedar basa-basi. Justru lawan bicaranya malah diam saja disitu. Ck.. kenapa mendadak suasananya jadi canggung gini? Sesal Olivia dengan sapaan basa-basinya. Tapi sudah terlanjur...

"Seorang putri.. mungkin sekarang hanya sebuah dongeng!" Kata Olivia memandangi lukisan Andi. Berdiri di sampingnya. Diam... sama sekali tidak ada sahutan dari orang yang diajaknya bicara.

"Ehm.. menurutmu para selebriti maupun foto model bertubuh indah itu menurutmu seorang putri, nggak?"

Olivia menggigit bibirnya menyadari kebodohannya. Mana tahu dia nilai suatu karya seni. Ih! Ia hanya memperhatikan lukisan ini yang paling lama dipertahankan di ruangan. Cuma dipindah tempat doang. Sedang yang lain akan memenuhi ruang galeri pribadinya. Itu, sih kata Dodo, sahabat sekaligus partnership Andi.

Pantesan Andi dengan bakatnya itu terlihat dingin dan datar. Kata orang-orang. Enggak, kok di mata Olivia sekarang. Iya, memang di awal pertemuan mereka, Olivia merasakan betapa cueknya Andi dan terkesan suka main-main. Nyatanya, Andi perhatian juga simpatik. Kalau Ndak, mana mungkin Olivia bisa ngobrol panjang sama 'Si Pendiam' menurut kata-kata orang ini. Meski Olivia juga ngomong secara sepihak dan sudah terbiasa dengan hal itu. Orang-orang pada nggak tau aja kalo Andi bisa berbicara panjang lebar selagi dia ingin. Tapi jarangnya keinginan Andi berbicara di hadapan orang itulah bikin Andi jadi terlihat cool. Olivia tanpa sadar tersenyum. Eh! Tatapan itu..

Olivia menoleh ke arah Andi yang juga menatapnya. Olivia tersentak.

"Oh! Iya.. E.. Aku sebenarnya mau kamu.. menandai mana yang mau diedit. Beri tanda aja, biar nanti dikerjakan Mbk Ully!"

Yang editor memang Mbk Ully, Olivia hanya membantu merangkap belajar tanpa biaya.. ssstt..

"Permisi..!"

Duh, gelagapan Olivia mengingatkan untuk apa dia menemui Andi tuh.

Setenang mungkin menyiapkan berkas yang ia maksud pada Andi. Olivia tidak jadi mengajak Andi diskusi. Tatapan itu membuatnya gugup.

Dengan sudut matanya Andi masih menatapnya tanpa peduli bikin perasaannya jadi campur aduk. Bersegera Olivia ingin pergi dari hadapan Andi. Menghindarinya dan memilih menyelesaikan tugasnya di rumah.

Benar saja, Andi senantiasa mengikuti langkah Olivia dengan matanya sampai sosoknya menghilang di balik tembok.

Andi menghela nafas panjang begitu sosok Olivia menghilang malah membayang di memori ingatannya. Andi memandangi lukisan yang baru saja dipasangnya.

Seolah lukisan lah media tempatnya menumpahkan segala isi hatinya.

*****

Continue Reading