Webnovel

Share

Be Your Wife

Be Your Wife

Chuuby_Sugar

Romansa Kontemporer

Read

Synopsis

Judul lama : FAKE WIFE 
Simpan dulu siapa tahu suka ;) 

*

Diculik dan di paksa menyamar sebagai sepupunya untuk di jodohkan, adalah hal yang tidak pernah Clarisa duga semasa 21 tahun hidupnya. Clarisa dibawa paksa pergi ke kota New York untuk bertunangan dengan seorang pria tua bangka.

Kejutan demi kejutan Clarisa dapatkan begitu berada di sana. Mulai dari sepupunya yang memiliki keluarga kandung, lalu dari tunangan sepupunya yang ternyata sangat tampan dan juga sangat kejam. Namanya adalah Leo, pria 30 tahun yang tampan, yang menyembunyikan identitasnya sebagai pengusaha tua bangka.

Apakah identitas Clarisa yang sebenarnya akan terungkap? Apakah Clarisa akan tetap aman di saat Leo mulai terobsesi padanya?

*


Hei, yang sudah mampir terima kasih ya... 
Jangan lupa beri power stone, komentar yaa.. 
Biar semangat nih authornya!

Top Reviews

Kaka_Ramdani_S

Kaka_Ramdani_S

2yr
Bagus bnget , jalan cerita dari yang lain, pokoknya best, ga nysel baca ini 👍🏻👍🏻👍🏻👍🏻👍🏻👍🏻👍🏻👍🏻👍🏻👍🏻👍🏻👍🏻👍🏻👍🏻👍🏻👍🏻👍🏻👍🏻
Chuuby_Sugar

Chuuby_Sugar

2yr
Hai kak! Terima kasih sudah mampir 😆😆😆
Ini adalah cerita yang di terbitkan ulang dengan judul lama Fake Wife! 
Ayo beri cerita ini review yang membangun ya kak!! 😘😘😘
Hope you like this story guys!
SenyaSSM

SenyaSSM

2yr
Sumpah ini Complicated banget banget! Nggak nyesel ketemu cerita author ini, aku sampai bolak balik baca kisah Clarissa yang nggak punya pilihan dibawa paksa untuk tunangan yaampunnn

Chapter 1: 1. Menggantikan

Aku melirik berulang kali pada jam tanganku yang sudah menunjukkan pukul sembilan malam. Aku sedang menunggu sepupuku yang akan pulang dari New York malam ini. Aku menoleh ke kanan dan ke kiri, hanya ada beberapa orang lain yang mungkin sama sepertiku menunggu kepulangan seseorang.

Sepupuku itu sangat cantik, wajahnya bak blasteran antara bule dan lokal. Anehnya, paman dan bibiku seratus persen lokal. Entahlah mungkin dari eyang buyutku yang juga keturunan bule. Tapi kenapa aku tidak kebagian wajah bule itu? Mengesalkan.

Aku mendesah panjang dikala melihat pesan yang dikirimkan Jasmine, sepupuku hampir satu hari yang lalu. Pesan itu berisikan pesawat akan ditunda penerbangannya karena cuaca yang buruk.

Jasmine juga sudah mengabariku saat pesawat akan terbang dua belas jam yang lalu, tapi sudah dua jam aku menunggu di sini dan belum ada tanda-tanda dari pesawat yang mendarat.

Yang aku khawatirkan adalah kedua adikku yang ada di rumah pada tengah malam ini. Ya, tidak ada orang tua di rumah. Karena kini mereka tinggal di atas langit. Menjaga kami dari atas sana.

Ibuku meninggal saat melahirkan kedua adik kembarku dan ayahku meninggal belum genap satu bulan dalam kecelakaan kerja. Tentu aku harus kuat untuk kedua adikku, karena aku pengganti ayah sekaligus ibu bagi mereka.

Mereka sudah menginjak usia remaja dan akan masuk SMA tahun ini, sedangkan aku berusia dua puluh satu tahun. Masih harus melanjutkan pendidikanku dan bekerja sebagai waiters di sebuah restoran untuk menyambung hidup.

Apakah itu cukup untuk keseharianku? Tentu tidak. Aku juga menjual beberapa produk sulaman buatan tangan. Aku bisa, karena dulu ibuku yang mengajarinya. Itulah satu-satunya hal yang bisa kuingat dari ibu kecuali wajahnya.

Jasmine adalah satu-satunya orang yang mengerti bagaimana menderitanya aku. Dia juga satu-satunya orang yang ada di sampingku saat aku kehilangan sosok kedua orang tuaku.

Untuk itulah, sama sepertinya yang menghargaiku aku juga akan demikian. Untuk itulah aku rela menunggu di sini sudah hampir dua jam.

Sesekali aku menguap, aku rasa beberapa menit lagi aku sudah tidak bisa menahan kantukku. Sebenarnya aku kelelahan, karena setelah selesai bekerja aku langsung menuju kemari, bahkan belum sempat mengisi perut dan makanan di bandara sangatlah mahal untuk kubeli.

Spontan aku membuka mataku lebar-lebar secara paksa ketika mendengar pengumuman pesawat dari New York sudah mendarat.

Tak lama setelah itu aku melihat surai cantik dari sepupuku. Aku berlari menghampirinya. Sungguh, setelah ini aku akan langsung menjatuhkan diri ke kasur.

"Clarisa!" Panggilnya dan aku tersenyum, mengambil alih koper yang diseretnya.

"Bagaimana? Sudah puas menemui pacarmu di sana untuk terakhir kali? Sudah hampir sebulan kamu di sana kenapa tidak kau genapkan menjadi setahun?!"

"Oh ayolah Cla, aku tidak enak hati saat meninggalkanmu sendiri di sini dua hari setelah ayahmu meninggal. Jadi aku harus pulang cepat."

"Tak perlu merasa seperti itu. Aku baik-baik saja sekarang. Lagi pula itu sudah berlalu."

"Baiklah. Aku akan memberimu kabar bagus."

"Apa itu?"

"Kamu akan punya keponakan."

"Maksud kamu?"

"Aku hamil."

"Wow, selamat Jasmine."

"Dan kamu tahu siapa anak dari bayi ini?"

"Tunanganmu?"

Jasmine menggeleng. "Dia Geraldi. Pacarku."

Aku berhenti berjalan, menatap matanya yang berbinar terang.

"Tunggu, bukankah kamu ke sana untuk memutuskan pacarmu? Dan menemui tunanganmu?"

"Cla siapapun tidak akan melepaskan Geraldi sang pewaris tampan dari perusahaan tambang terbesar di Indonesia hanya demi tunanganku yang jelek itu."

"Bagaimana kamu tahu kalau dia jelek?"

"Oh, gosipnya sudah banyak menyebar. Leonard sang pemilik perusahaan IT yang masih berkembang. Gosip mengatakan dia tua bangka dengan perut buncit. Memikirkannya saja membuatku merinding geli."

"Lalu bagaimana kamu akan menjelaskan itu semua pada paman dan bibi."

"Tenang saja. Itu akan menjadi masalahku sendiri, kamu tidak perlu pusing."

Benar juga, masalahku sudah terlalu banyak. Malas juga menambahkan beban pikiran dari sepupuku ini.

"Baiklah, karena aku akan jadi seorang ibu maka kamu yang harus memasukkan koper ke bagasi. Kamu tahu Cla? Seorang ibu hamil tidak bisa mengangkat suatu yang sangat berat."

"Baiklah tuan putri." Setelah melihat Jasmine masuk pada kursi penumpang dengan aman, aku segera ke arah belakang mobil dan memasukkan koper itu ke dalam bagasi.

Parkiran bandara terlihat lebih sepi dari biasanya. Mungkin karena jadwal penerbangan yang sedikit.

Bugh!

Suara itu datang bersamaan ketika aku menutup bagasi dengan kencang. Tanpa kusadari, tubuhku limbung.

Yang bisa kulihat sekarang adalah aspal dan ban mobil milik Jasmine. Tubuhku lemas dan aku hanya bisa menggerakkan ujung jari tanganku. Kepalaku berputar hebat, bahkan hanya untuk memfokuskan penglihatan pada aspal aku mulai kesulitan.

"Kenapa kamu membuat masalah seperti itu?" Sayup-sayup aku mendengar suara yang tidak asing.

"Maaf ma. Aku cuma gak mau pisah dari Gerald ma." Itu suara Jasmine.

"Sudah, sudah untuk itu Clarisa akan menggantikanmu." Apa? Kenapa namaku di sebut? Tubuhku ditarik paksa untuk terduduk. Aku terkejut melihat wajah bengis pamanku, ayah dari Jasmine.

"Ingat! Kamu hanya harus menggantikan Jasmine menikah. Jangan sampai identitas aslimu diketahui oleh orang lain. Simpan baik-baik untuk dirimu, kamu adalah Jasmine di sana. Kedua adikmu ada di tanganku kalau kamu berani berbuat macam-macam."

Disisa tenagaku, aku mengangguk. Walaupun aku masih belum paham penuh apa yang harus kulakukan. Tapi mendengar penjelasan paman tadi, sepertinya aku sedang di ancam sekarang.

"Kamu akan pergi, ke keluarga Owen. Di sana, mereka adalah keluargamu. Dan kamu akan menggantikan Jasmine bertunangan dengan pria bernama Leonard." Air mataku menetes, apa sekarang aku di paksa untuk menikah? Oleh orang yang tidak kukenal? Juga sebagai Jasmine?

Tatapanku beralih pada pamanku yang hendak menyuntikkan sesuatu pada tanganku.

"Paman, tunggu." Pamanku berhenti, menungguku mengatakan sesuatu.

"Tolong jaga adik-adikku sebagai ganti aku melakukan peran sebagai Jasmine."

Bibi mendekat ke arahku, menepuk pelan pipiku lalu menyeringai. "Bagus, kamu cepat tanggap juga. Kamu hanya perlu menikahi tua bangka itu dan tunggu sampai paling tidak satu tahun, jika kamu ingin bercerai."

"Kenapa kalian tega sama aku?" Aku terisak, bagaimana aku bisa mempercayakan kedua adikku kepada orang yang tega melakukan ini padaku. Paman beralih mengikat tangan dan kakiku dengan sebuah tali.

"Bagaimana mengatakannya? Anak bibi ini terlalu bodoh dalam bertindak. Jadi bibi harap kamu bisa memperbaikinya."

Paman kembali bersiap untuk menyuntikku lagi. Jika aku tidak salah duga, mungkin cairan itu adalah obat tidur.

"Kamu tidak ingin mengatakan sesuatu pada Cla, Jasmine?"

Aku menatap Jasmine. Jasmine hanya terdiam, wajahnya tampak sangat dingin. Berbeda sekali dengan wajah hangatnya yang selama ini menemaniku dalam keadaan sulit.

"Maaf Cla, aku terpaksa melakukan ini demi anakku, tahun ini Geraldi akan menyelesaikan S2nya. Lalu Geraldi akan kembali ke Indonesia untuk mengambil alih semua warisannya dan menikahiku, jadi tolong gantikan aku....Papa bisa lanjutkan."

Itulah kata-kata terakhir yang aku dengar sebelum benar-benar kehilangan kesadaran dan pandanganku menjadi menggelap.

*

Aku terusik oleh selimut yang kupakai sendiri. Rasanya sangat lembut menggelitik kedua kakiku. Saat aku mengibaskan kaki untuk menyingkap selimut itu, barulah aku merasa tenang dan bisa melanjutkan tidur. Tapi tidak lama, tubuhku menggigil hebat karena hawa dingin dari AC.

AC?!

Dengan cepat aku membuka mataku. Melihat seluruh ruangan yang kutempati. Kamar yang sangat mewah, tapi ini membuatku takut.

Dengan sempoyongan aku membuka tirai dari tembok yang sepenuhnya terbuat dari kaca itu. Aku membulatkan mata lebar-lebar saat melihat gedung-gedung tinggilah yang menjadi pemandanganku saat ini.

Aku membuka pintu kaca itu menuju balkon. Angin dingin menerpa kulitku, tapi kuabaikan saat aku melihat sebuah jalan raya yang terlihat seperti sebuah garis lurus dari atas sini. Ini menakjubkan sekaligus mengerikan.

Gedung-gedung tinggi di hadapanku saling berhadapan dengan sejajar, tertata dengan apik. Layar besar bergambar artis dunia terpajang di gedung-gedung itu.

Aku di mana?